kocomripat

Kecil jadi Besar, Jauh jadi Dekat, Jauh-Dekat 3000..

Buka Bersama [Random #21]


Oshiruko [Dok. pribadi]

Oshiruko [Dok. pribadi]

Puasa hari keempat. Sudah berapa undangan buka bersama yang kau terima? Buka bersama acara perusahaan, buka bersama teman kantor minus bos, buka bersama teman komunitas, teman masa kuliah, masa SMA, SMP, SD, bahkan mungkin TK. Mungkin tak semua kau datangi, tapi satu yang tak boleh terlewati.

Dulu semasa kecil kita mungkin tak mengenal ajakan buka bersama selain dengan keluarga. Semakin bertambah usia, bertambah lingkar pertemanan, buka bersama menjadi agenda rutin yang tak terbantahkan. Setiap minggu ada saja ajakan berbuka di luar rumah bersama teman-teman yang berbeda. Belum lagi kalau aktif di organisasi, mungkin hampir setiap hari menghadiri undangan buka bersama. Awalnya mungkin terasa menyenangkan, tapi ada masanya terasa mulai menjemukan. Bukan karena bosan bertemu kawan, hanya saja terasa ada yang kurang. Saat itulah rumah akan kembali menjadi persinggahan favoritmu.

Semua orang mungkin pernah mengalaminya, tak terkecuali saya. Dulu semasa kuliah dan awal-awal bekerja, ada saja agenda buka bersama di luar bersama teman, mulai dari teman kuliah, SMA, hingga teman komunitas. Tapi beberapa tahun terakhir saya mulai mengurangi frekuensinya. Bahkan klimaksnya, dari 30 hari saya hanya mengagendakan 1 hari untuk buka bersama dgn teman-teman khusus yang masih berlangsung sampai sekarang. Satu hari ini saya manfaatkan juga untuk bertemu teman-teman lain yang mungkin ingin bergabung. Perkara ada agenda buka bersama dengan orang-orang kantor itu kondisional saja, kalau sedang tidak malas ya ikut 😀

Saya masih ingat betul, kami serumah bertiga saat itu. Mbah Kung mengajari saya menyulam sambil menunggu beduk maghrib, sementara Mbah putri menyiapkan hidangan sederhana di dapur. Beberapa menit menjelang waktu berbuka, saya berusaha membantu beliau, meski sekedar meletakkan mangkuk berisi sayur bening di atas meja. Kami bertiga pun duduk melingkari meja makan. Dulu.. saat saya masih ingusan, baru duduk di sekolah dasar, saat kami masih lengkap bertiga. Sepeninggal Mbah kung saya hanya berdua dengan Mbah putri, menyusul beberapa tahun kemudian saudara sepupu ikut tinggal di rumah kecil kami. Dan saya pun semakin sering membuat janji buka bersama di luar rumah.

Kini rasanya saya hanya ingin kembali menghabiskan sore di rumah. Mungkin sudah waktunya menebus waktu yang dulu banyak saya habiskan di luar rumah, meninggalkan Mbah putri menyantap hidangan berbuka yang disiapkannya seorang diri. Atau mungkin saya hanya rindu sosok Mbah kung, rindu masa kecil, ketika kami bertiga menghabiskan waktu bersama.

Ah, bahkan untuk seseorang yang bukan “family oriented” seperti saya, rumah rasanya menjadi tempat terindah untuk menghabiskan waktu berbuka.

Leave a comment