kocomripat

Kecil jadi Besar, Jauh jadi Dekat, Jauh-Dekat 3000..

Pasar Tradisional [Random #26]


Salah satu sudut di pasar Singosari.

Salah satu sudut di pasar Singosari.

Orang-orang berlalu-lalang di lorong sempit, bersaing dengan becak motor yang bising. Lapak-lapak digelar berhimpitan, beralas meja, tikar atau hanya karung bekas. Tak ada lantunan musik dari speaker, hanya suara-suara melengking yang sibuk menawarkan dagangan. Jangan mencari label harga atau promo khusus, cukup tanya dan tawar kalau kau tega. Awas! banyak jalan berlubang dengan genangan air berbau busuk. Selamat datang di pasar tradisional, tempat yang dipenuhi geliat kehidupan.

Bicara soal pasar tradisional di Indonesia, tempat ini sedikit banyak cukup mirip dengan konsep farmers market di luar negeri, di mana para petani menjual sendiri hasil panennya, berinteraksi langsung dengan calon konsumen, sehingga konsumen memiliki kesempatan untuk menggali informasi mengenai produk yang akan dibelinya langsung dari yang bersangkutan. Hanya saja soal tempat dan kenyamanan, sebagian besar pasar tradisional di sini sepertinya masih kalah dengan farmers market yang biasanya lebih modern, nyaman dan bersih.

Entah dengan orang lain, tapi bagi saya pasar tradisional memiliki daya tarik tersendiri, bahkan dibanding supermarket besar dengan segala kenyamanan yang ditawarkan. Di sini kamu memiliki banyak pilihan untuk jenis barang yang sama. Sayur atau buah di lapak depan tidak cukup segar? Cari saja di lapak lain. Kualitas daging dan ikan menurut saya juga lebih segar daripada yang dijual di supermarket. Tinggal pintar-pintar memilih saja. Soal harga? Tentu jauh di bawah supermarket.

Tak hanya soal produk, pasar tradisional juga menawarkan suasana yang tidak mungkin kamu dapatkan di supermarket. Tempat ini terasa jauh lebih hidup, lebih ‘manusiawi’ dan lebih nyata. Penjual menjajakan dagangannya dengan beragam cara yang kadang cukup unik, pembeli menawar harga, keduanya berinteraksi bahkan bersenda gurau dengan santai.

Di beberapa sudut mungkin kamu akan melihat seorang nenek yang murung karena dagangannya masih belum laku meski hari sudah siang, atau seorang Ibu yang kerepotan menggendong anaknya sembari menyiapkan lapaknya. Di saat sebagian besar dari kita masih terlelap dalam mimpi, mereka sudah bersiap menjemput rejeki di pagi buta, melawan rasa kantuk dan hawa dingin yang menusuk.

Bagi saya pasar bukan sekedar tempat jual-beli. Saya melihat ‘kehidupan’ di tempat ini, bagaimana mereka berjuang untuk menyambung hidup. Alasan yang sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk terus mendukung keberlangsungan tempat ini.

Jadi.. sudah siap berbecek-becek ria di pasar?

Satu catatan penting yang mungkin perlu kamu ingat, tak perlu menawar kalau harganya masih bisa dinalar. 🙂

Biasa beli singkong, ubi jalar atau labu kuning di Ibu ini.

Lapak yang biasa saya datangi pertama kali ketika mencari singkong, ubi jalar atau labu kuning.

2 responses to “Pasar Tradisional [Random #26]

  1. pupotku June 28, 2015 at 1:05 am

    Moment menjelang lebaran, pasar bakalan rame dengan tawar menawar. Ah, aku rindu belanja ke pasar bareng ibu.

    • melia June 28, 2015 at 2:31 am

      sekarang aja udah rame, orang2 pada sibuk belanja bahan buat kolak.. 😀
      ajakin Ibunya ke pasar gih.. sekalian jalan2 pagi abis subuh.. hehe..

Leave a comment